BBM merupakan permainan tidak sekedar berbentuk ekonomi, tetapi BBM sangat berpengaruh dalam mendulang suara PilPres di tahun 2014 nanti, Sehingga bermain dalam pusaran politik BBM mengandung unsur antara jatuh atau malah tinggi dengan dukungan masyarakat luas dikarenakan politik BBM yang sangat manjur dalam menggunakan kepentingan sebuah politis. Nah! saat ini rezim SBY dihadapkan antara menaikkan BBM atau tetap dengan harga semula? Ingat kenaikan BBM tidak selamanya merugikan sebuah politis. Mengingat pada pemilu 2009 SBY kembali terpilih sebagai presiden dikarenakan mampu mengolah politik BBM dengan cerdas dan tepat.
Kecerdasan SBY dan Konco-konconya mampu memberikan permainan politis dengan mencitrakan diri sebagai pengawal masyarakat kecil dari ketertindasan, Bahkan SBY tak Tanggung-tanggung mencitrakan, bahwa subsidi BBM salah sasaran. Inilah kampanye indah yang dimainkan rezim SBY dalam mengelola sebuah politis BBM dengan cerdas. Nah! ternyata di tahun 2009 SBY tetap menang dalam pemilihan presiden hanya dalam satu putaran (sungguh luar biasa).
Kenaikan BBM sudah menjadi pembicaraan hangat bagi para pejabat negara. Bahkan kampanye salah subsidi sudah mulai di gerakkan dalam mengambil pencitraan pemerintah, untuk menekan para politisi yang melawan kebijakan kenaikan BBM. Sehingga genderang oposisi pro kenaikan BBM mulai di minimalisir dengan cara kampanye Besar-besaran, bahwa subsidi BBM hanya dinikmati para pemilik motor dan mobil, padahal BBM sudah menjadi bahan pokok dalam kehidupan masyarakat, tentu kalau BBM naik sudah dipastikan akan memicu kenaikan barang pokok lainnya.
Genderang politik BBM sangat menentukan langkah kemenangan PilPres 2014. Sehingga kalau rezim SBY tidak mampu mencitrakan diri dan membangun sebuah opini. Bahwa subsidi BBM salah sasaran, kemungkinan besar gelombang aksi menentang kenaikan BBM akan sangat besar dan berpengaruh kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin berkurang. Inilah faktor yang menjadi bahasan ulasan tentang kenaikan BBM tidak sekedar masalah ekonomi masyarakat, tetapi lebih jauh lagi masalah politik yang sangat rawan konflik sosial.
Mengolah politik BBM kalau tidak cerdas dapat mengakibatkan sebuah tragedi berdarah, seperti era 65, 98 tak lepas dari kegagalan mengelola kenaikan BBM, sehingga memicu kenaikan Harga-harga lain. Nah! disaat ekonomi masyarakat lemah, maka sangat rentan konflik berdarah. Berangkat dari situlah rezim SBY harus pandai mengelola politik BBM, agar tidak menjadi bola liar politik yang sangat membahayakan sebuah bentuk konflik sosial.
Kalau melihat dari kesuksessan SBY dan JK saat menaikkan BBM pada waktu itu tak lepas dari pendekatan yang sangat cantik, bagaimana tidak? pada saat BBM naik melambung tinggi, pemerintah mencanangkan program BLT sebagai subsidi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat miskin, agar mampu memenuhi kebutuhan pokok. Sehingga kesejahteraan masyarakat diharapkan meningkat dan mampu menyeimbangkan kebutuhan masyarakat miskin antara pemasukan dan pengeluaran.
Lalu ada pertanyaan sederhana, bahwa pemerintah merasa negara mensubsidi masyarakat, tetapi kalau melihat sebuah permasalahan sesungguhnya. Apakah benar negara mensubsidi masyarakat atau malah masyarakat mensubsidi negara? pemerintah mengklaim bahwa negara telah memberikan subsidi kepada masyarakat dengan memberikan harga BBM super murah di banding harga pasar dunia. Sehingga disaat negara mencabut subsidi BBM, maka pemerintah mempunyai alasan, bahwa mencabut subsidi BBM dikarenakan telah terjadi pembengkakan anggaran APBN. Nah! dari situ harga BBM dinaikkan sebagai salah satu menutup pembengkakan APBN.
Lepas dari masalah subsidi mensubsidi, bahwa masyarakat telah membayar pajak kepada pemerintah. Nah! kalau pajak dan alam nusantara Indonesia di kelola dengan tepat, kemungkinan besar kesejahteraan masyarakat akan tercapai tanpa menaikkan harga BBM. Inilah kewajiban pemerintah sebagai pengelola negara dalam memberikan yang terbaik buat masyarakat, bukan malah uang pajak dan alam nusantara Indonesia di korup para oknum secara berjama'ah. Sungguh tragis nasib bangsa kalau penyimpangan pajak diwariskan dari generasi kegenerasi..
Nah! uraian diatas dapat menjadi sebuah indikasi, bahwa kenaikan BBM sebagai salah satu proses menuju Pilpres 2014, apabila rezim SBY berhasil menaikkan taraf hidup masyarakat dengan menaikkan harga BBM dan mengalihkan subsidi BBM dengan program tepat sasaran, tentu keberhasilan rezim SBY akan berlangsung hingga 2014 mendatang, namun kalau mengelola kenaikan harga BBM mengalami kegagalan, karena di sebabkan malah masyarakat semakin menderita, berarti rezim SBY akan tumbang dalam PilPres 2014 nanti. Mari kita tunggu politik BBM menuju Pilpres 2014, siapa pemenang dan siapa yang tumbang? Dan Allah maha pemurah lagi maha penyayang.
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)................... ...
Kecerdasan SBY dan Konco-konconya mampu memberikan permainan politis dengan mencitrakan diri sebagai pengawal masyarakat kecil dari ketertindasan, Bahkan SBY tak Tanggung-tanggung mencitrakan, bahwa subsidi BBM salah sasaran. Inilah kampanye indah yang dimainkan rezim SBY dalam mengelola sebuah politis BBM dengan cerdas. Nah! ternyata di tahun 2009 SBY tetap menang dalam pemilihan presiden hanya dalam satu putaran (sungguh luar biasa).
Kenaikan BBM sudah menjadi pembicaraan hangat bagi para pejabat negara. Bahkan kampanye salah subsidi sudah mulai di gerakkan dalam mengambil pencitraan pemerintah, untuk menekan para politisi yang melawan kebijakan kenaikan BBM. Sehingga genderang oposisi pro kenaikan BBM mulai di minimalisir dengan cara kampanye Besar-besaran, bahwa subsidi BBM hanya dinikmati para pemilik motor dan mobil, padahal BBM sudah menjadi bahan pokok dalam kehidupan masyarakat, tentu kalau BBM naik sudah dipastikan akan memicu kenaikan barang pokok lainnya.
Genderang politik BBM sangat menentukan langkah kemenangan PilPres 2014. Sehingga kalau rezim SBY tidak mampu mencitrakan diri dan membangun sebuah opini. Bahwa subsidi BBM salah sasaran, kemungkinan besar gelombang aksi menentang kenaikan BBM akan sangat besar dan berpengaruh kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin berkurang. Inilah faktor yang menjadi bahasan ulasan tentang kenaikan BBM tidak sekedar masalah ekonomi masyarakat, tetapi lebih jauh lagi masalah politik yang sangat rawan konflik sosial.
Mengolah politik BBM kalau tidak cerdas dapat mengakibatkan sebuah tragedi berdarah, seperti era 65, 98 tak lepas dari kegagalan mengelola kenaikan BBM, sehingga memicu kenaikan Harga-harga lain. Nah! disaat ekonomi masyarakat lemah, maka sangat rentan konflik berdarah. Berangkat dari situlah rezim SBY harus pandai mengelola politik BBM, agar tidak menjadi bola liar politik yang sangat membahayakan sebuah bentuk konflik sosial.
Kalau melihat dari kesuksessan SBY dan JK saat menaikkan BBM pada waktu itu tak lepas dari pendekatan yang sangat cantik, bagaimana tidak? pada saat BBM naik melambung tinggi, pemerintah mencanangkan program BLT sebagai subsidi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat miskin, agar mampu memenuhi kebutuhan pokok. Sehingga kesejahteraan masyarakat diharapkan meningkat dan mampu menyeimbangkan kebutuhan masyarakat miskin antara pemasukan dan pengeluaran.
Lalu ada pertanyaan sederhana, bahwa pemerintah merasa negara mensubsidi masyarakat, tetapi kalau melihat sebuah permasalahan sesungguhnya. Apakah benar negara mensubsidi masyarakat atau malah masyarakat mensubsidi negara? pemerintah mengklaim bahwa negara telah memberikan subsidi kepada masyarakat dengan memberikan harga BBM super murah di banding harga pasar dunia. Sehingga disaat negara mencabut subsidi BBM, maka pemerintah mempunyai alasan, bahwa mencabut subsidi BBM dikarenakan telah terjadi pembengkakan anggaran APBN. Nah! dari situ harga BBM dinaikkan sebagai salah satu menutup pembengkakan APBN.
Lepas dari masalah subsidi mensubsidi, bahwa masyarakat telah membayar pajak kepada pemerintah. Nah! kalau pajak dan alam nusantara Indonesia di kelola dengan tepat, kemungkinan besar kesejahteraan masyarakat akan tercapai tanpa menaikkan harga BBM. Inilah kewajiban pemerintah sebagai pengelola negara dalam memberikan yang terbaik buat masyarakat, bukan malah uang pajak dan alam nusantara Indonesia di korup para oknum secara berjama'ah. Sungguh tragis nasib bangsa kalau penyimpangan pajak diwariskan dari generasi kegenerasi..
Nah! uraian diatas dapat menjadi sebuah indikasi, bahwa kenaikan BBM sebagai salah satu proses menuju Pilpres 2014, apabila rezim SBY berhasil menaikkan taraf hidup masyarakat dengan menaikkan harga BBM dan mengalihkan subsidi BBM dengan program tepat sasaran, tentu keberhasilan rezim SBY akan berlangsung hingga 2014 mendatang, namun kalau mengelola kenaikan harga BBM mengalami kegagalan, karena di sebabkan malah masyarakat semakin menderita, berarti rezim SBY akan tumbang dalam PilPres 2014 nanti. Mari kita tunggu politik BBM menuju Pilpres 2014, siapa pemenang dan siapa yang tumbang? Dan Allah maha pemurah lagi maha penyayang.
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)................... ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar