Konon ada sebuah kisah kecil dari sebuah negeri entah berantah yang kaya raya dengan kekayaan alam yang berlimpah ruah, tetapi kekayaan di negeri entah berantah yang berlimpah ruah dari berbagai penjuru daerah maupun penjuru pulau, ternyata tidak dapat dinikmati bagi kelangsungan masyarakat setempat, untuk menyambung kehidupan yang semakin serba kesulitan.
Keberadaan negeri entah berantah mengakibatkan berbagai pertanyaan tentang negeri kaya raya dengan sumber daya alam yang berlimpah ruah, tetapi nampak miskin kondisi masyarakatnya di negeri tersebut. Sungguh sebuah kondisi yang sangat memilukan bagi kehidupan di negeri entah berantah dengan segala kondisinya, bahkan semakin hari negeri entah berantah yang terkenal dengan subur makmur alamnya, selalu dilanda berbagai permasalahan yang tak kunjung usai.
Negeri entah berantah dengan daratan dan lautan yang sangat luas, begitu besar kekayaan alam yang tersimpan didalamnya, tetapi masyarakat di negeri entah berantah tak lepas dalam kondisi keadaan yang sangat miskin dan memilukan bagi kelangsungan sumber kehidupan.
Lalu Muncullah sebuah pertanyaan, ada apa dengan kondisi di negeri entah berantah yang semakin kacau balau? ternyata di saat menyusuri kondisi di negeri entah berantah terdapat pertanyaan lagi, kenapa di negeri entah berantah mengalami kehancuran di segala aspek kehidupan? kehancuran mulai dari pendidikan, peradilan, sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan masih banyak lagi persoalan yang menjadi penyebab kehancuran di sebuah negeri entah berantah. Bahkan para pejabat yang membuat berbagai bentuk kebijakan aturan dan tatanan, ternyata malah melakukan tindakan pelanggaran dan kejahatan. Sehingga mengakibatkan kematian hukum yang sudah seharusnya bertindak adil, tetapi kenyataannya hukum di lembaga peradilan di saat mengambil keputusan malah timpang tindih antara kasus pejabat negara dengan kasus masyarakat kecil.
Hukum di negeri entah berantah sudah tidak dihiraukan lagi, bahkan penyimpangan uang negara yang dilakukan para pejabat dari tingkat paling rendah sampai tingkat paling tinggi, semakin terlihat merajalela. Sehingga kondisi di negeri entah berantah semakin kacau balau di sebabkan permasalahan yang tidak tegas. Bahkan uniknya di sebuah negeri entah berantah malah terjadi jual beli hukum yang sangat merugikan bagi kelangsungan denyut nadi lembaga peradilan.
Ironis!, kata yang tepat disematkan bagi para pejabat negara di saat melakukan tindak penyimpangan di berbagai pelanggaran di sebuah negeri entah berantah, hukum sudah tak mampu menyentuh secara utuh, bahkan disaat para pejabat negara melakukan tindakan sebuah korupsi atau mencuri uang negara dengan sejumlah uang dengan nilai milyaran rupiah, ternyata hukuman bagi para pejabat hanya sebatas 4,5 tahun lamanya. Sedangkan bagi masyarakat kecil di saat melakukan pencurian yang hanya berjumlah ratusan ribu rupiah, ternyata peradilan menjatuhkan dengan hukuman selama 4,5 tahun lebih. Sungguh kondisi hukum di negeri entah berantah mengalami ketidak-adilan antara kasus dari para pejabat negara dengan kasus dari masyarakat kecil.
Kekacauan di negeri entah berantah tidak hanya permasalahan hukum, tetapi pendidikan juga tidak ikut ketinggalan mengalami kondisi kekacauan. Karena pendidikan di negeri entah berantah, telah terjadi bentuk diskriminasi pendidikan antara golongan kaya dengan golongan miskin, tentu dapat ditebak golongan kaya dapat menikmati pendidikan unggulan, tetapi bagi golongan miskin hanya sebatas pendidikan yang bertaraf rendah, namun bagi golongan miskin masih beruntung di saat masih dapat mengenyam bangku pendidikan, sebab bagi golongan miskin tak jarang yang tak sanggup membayar biaya pendidikan. Maka tidak ada kata lain, selain putus sekolah sebagai jawaban yang tepat bagi golongan miskin di saat tak mampu membayar biaya pendidikan.
Begitu juga masalah sosial maupun budaya, sebuah negeri entah berantah semakin kehilangan jati diri sebuah bangsa. Sehingga sosial dan budaya secara perlahan-lahan hilang ditelan zaman di sebabkan budaya asing yang semakin kuat menghantam negeri entah berantah.
Masalah teknologi juga tak mau ketinggalan, selalu impor barang dari luar negeri. Sehingga para ahli di sebuah negeri entah berantah hanya sebatas pekerja dari bangsa asing, padahal sebenarnya negeri entah berantah mempunyai sumber daya manusia yang handal, tetapi jiwa pekerja masih melekat dari sebuah negeri entah berantah, apalagi di negeri entah berantah budaya konsumerisme yang sangat tinggi, maka negeri entah berantah terjebak lubang sebagai negeri yang hanya sebagai pengekor semata.
Kekacauan di negeri entah berantah semakin memasuki tahap yang sangat menyedihkan, apalagi di negeri entah berantah sudah mengalami sakit kronis, tentu sangat sulit disembuhkan kondisi negeri tersebut, untuk itulah dibutuhkan penyegaran baru dalam membangun negeri entah berantah, supaya dapat bangkit menjadi sosok negeri yang kuat dan handal. Maka tidak ada kata bijak, selain kerja keras dari semua pihak, tentunya tak lepas dari membangun berbagai aspek, baik membangun pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, peradilan, dan membangun berbagai aspek lainnya, agar keberhasilan menuju kebangkitan di negeri entah berantah dapat tercapai dengan baik.
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan daya juang kepada kami, untuk terus menggali berbagai ilmu pengetahuan, supaya ilmu pengetahuan semakin kaya dengan keragaman yang ada saat ini, Amin........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar