Isi dunia tak lepas dari tiga perkara, yaitu: harta, tahta, dan wanita. Dari ketiga perkara inilah banyak air mata dan darah tumpah ruah di bumi raya. Bahkan dari ketiga perkara inilah penyebab hubungan sahabat menjadi musuh, begitu juga sebaliknya dari musuh menjadi sahabat. Karena semua tak lepas dari permasalahan harta, tahta, dan wanita.
Ketika di saat membicarakan sebuah panggung politik, ternyata mempunyai daya magnet tersendiri, baik saat di ulas maupun saat di jalani, apalagi mengingat politik berdekatan dengan kepentingan yang berujung pada kekuasaan. Sehingga tak jarang seorang politisi dituntut berebut kekuasaan di dalam melakukan berbagai tindakan di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat secara luas.
Menentukan sahabat dalam dunia politik, tentu bukan perkara mudah, apalagi mengingat politik sangat kentara dengan ambisi kekuasaan, untuk menuju sebuah tahta singgasana tertinggi, supaya dapat melancarkan berbagai paradigma pemikiran yang penuh dengan ambisi kepentingan seorang politisi. Sehingga secara langsung maupun tidak langsung, seorang politisi di dalam menentukan sahabat sejati berdasarkan dari sebuah kepentingan, bukan dari nama atau siapa orang tersebut.
Bermain politik tak jarang melihat dari tingkah polah seorang politisi yang berbicara A hari ini, tetapi besok sudah berubah B, begitu juga besoknya lagi bisa berubah C atau kembali pada aksara A. Sehingga memegang ucapan dari seorang politisi, bukanlah perkara yang mudah. Mengingat seorang politisi tak jarang mengumbar janji, tetapi ketika sudah berhasil seorang politisi berbicara lain. Sungguh inilah bentuk kemunafikan seorang politisi di dalam memainkan sebuah permainan politik, baik di dalam maupun di luar bentuk sebuah permainan.
Berbicara politik membuat hati mencerna berbagai permasalahan dengan sudut pandang kekuasaan, sebab politik sangat dekat dengan kekuasaan. Sehingga tak jarang seorang politisi lupa diri di saat sudah mendapatkan kekuasaan, padahal sebelum mendapatkan kekuasaan seorang politisi tak jarang membuat berbagai rencana program dan juga berjanji kepada khalayak masyarakat luas, tetapi di saat sudah mendapatkan kekuasaan, seorang politisi tak jarang ingkar janji. Sungguh seorang politisi dengan model seperti ini, tentu sangat merugikan bagi khalayak masyarakat luas.
Seorang politisi bertindak lebih jauh lagi di dalam memainkan sebuah permainan politik, jangankan khalayak masyarakat luas yang menjadi bahan tipu daya, bahkan sahabat seperjuangan di saat membangun sebuah partai politik sekalipun di singkirkan dan di hianati, apabila tidak sesuai dengan jalan kepentingan bagi seorang politisi. Berangkat dari sinilah seorang politisi tak jarang sengaja atau tidak sengaja, telah terjadi pola bentuk tipu daya dan pola bentuk penghianatan, baik di partai, ormas, LSM, pemerintahan, perusahaan, dan di berbagai lembaga lainnya.
Perang politik sudah menjadi kebiasaan di alam tipu daya, untuk memperebutkan sebuah kekuasaan, supaya dapat duduk manis di kursi singgasana yang menjadi idaman seorang politisi. Sehingga tak jarang berbagai pendapat muncul, bahwa di panggung politik tak ada namanya sahabat abadi, tetapi yang ada hanya sebatas gincu persahabatan belaka, padahal sahabat abadi di panggung politik tentunya itu ada, tentu tak lain dan tak bukan, bahwa sahabat abadi politik adalah: "kepentingan". Sehingga seorang politisi dituntut membuat persamaan visi dan misi, supaya kepentingan dalam perjuangan dapat mencapai kesamaan, dan tentunya dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-cita seorang politisi secara universal.
Jadi sahabat abadi di panggung politik, bukanlah karena si A atau si B satu partai, tetapi lebih jauh lagi walau si A dan si B satu partai, namun kalau berbeda kepentingan, berarti belum dapat dikatakan sahabat abadi. Karena di saat si A dan si B terjadi perbedaan kepentingan yang semakin tajam, maka bentuk perpecahan sebuah partai dapat terjadi di tengah-tengah realita kehidupan partai tersebut. Berangkat dari sinilah, bahwa sahabat abadi bukan disebabkan persamaan partai atau persamaan lainnya, tetapi lebih jauh lagi, walau berbeda partai atau berbeda dalam bentuk apapun, tetapi kalau kepentingan mempunyai kesamaan, tentu dapat dikatakan sahabat di alam seorang politisi.
Dari tulisan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan sederhana, bahwa sahabat abadi seorang politisi adalah: "kepentingan". Sehingga kalau ingin memenangkan di sebuah panggung politik di tingkat lokal maupun di tingkat Internasional. Maka jangan lupa tentang persamaan persepsi dan persamaan konsepsi, untuk membangun sebuah politik yang kuat, supaya dapat meraih sebuah keuntungan secara baik, dan sesuai dengan kepentingan sebuah paradigma pemikiran, baik melalui olah akal maupun olah jiwa.
Demi sang pencipta langit dan bumi. Demi Sang Penggenggam jiwa ini. Demi Dzat Yang jiwaku di tangan-Nya. Maka dengan menyebut nama Allahu Akbar, aku bersumpah!!, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar